MEMAHAMI WAWANCARA SASTRA JENIS SYAIR MELALUI KEGIATAN MENDENGARKAN SYAIR
Pengertian
1. Tema adalah gagasan yang mendasari suatu karya sastra.
2. Pesan adalah sesuatu yang mau disampaikan oleh penyair kepada pembaca atau penonton.
3. Unsur-unsur intrinsik (selain tema
dan pesan) meliputi majas (gaya bahasa), latar, citraan (pengaruh pancaindra
pada larik), diksi (pemilihan kata), dan rima/sajak (persamaan bunyi antar
kata)
Syair
Syair adalah jenis puisi lama yang
berasal dari Arab. Pada umumnya setiap bait terdiri atas empat (4) larik
berirama a-a-a-a. Syair banyak mengandung unsur mitos, sejarah, dan ajaran
mistik (religius tertentu). Contoh syair Syair
Panji Semirang, Syair Raja Mambong Jauhari, Syair Singapura Dimakan Api, dan
Syair Perahu (Hamzah Fansuri)
Contoh :
GUL BAKAWALI
Oleh : A. Datuk Madjoindo
Tersebut
kisah seorang sultan,
Bahagian
timur tanah daratan,
Duduk
memerintah di tanah Hindustan,
Kerajaan
besar bukan buatan.
Lemah
lembut sang sabda,
Zain-ul-muluk
nama baginda,
Gagah
berani banding tiada,
Rupa
elok adil pun ada.
Baginda berputera ada berempat,
Arif jauhari sudah didapat,
Parasnya elok lagi bersipat, à citraan penglihatan
Dengan baginda sangatlah rapat. à citraan penglihatan/perasaan
Tiada
bermalam lama antara,
Seorang
laki-laki dengan sejahtera,
Baginda
beroleh lagi putera,
Cantik
menjelis tiada tara.
Rupanya indah sangat rupawan,
Merasa malu bulan di awan,
Di dalam alam tiada berlawan,
Memandang wajah putera bangsawan.
.....................................................................
(Dr. C. Hooykaas, Penyedar
Sastra, 1952, halaman 15)
Apresiasi/Analisis
1.
Persajakan/Rima
Berima/bersajak
a-a-a-a
... sultan,
... daratan,
...
Hindustan,
... buatan.
Catatan :
suku yang besajak yaitu tan-tan- tan-tan
2.
Isi Syair
Berisi
unsur mitos (keadaan/tokoh yang bersifat hebat dan luar biasa)
Ada
seorang sultan, kerajaannya besar, anak-anaknya berparas elok baik laki-laki
maupun perempuan, alam pun tidak mampu menandingi keelokkan penampilan mereka,
pemimpin yang berani dan adil.
3.
Tema
Kehidupan
istana yang serba elok dan gemerlap dengan keelokkan anak-anak raja, kehebatan
raja, dan kebesaran kerajaan.
4.
Pesan (cukup didasrkan pada salah satu
bait)
Berdasarkan
bait 2 larik ke-3/4 yaitu Gagah berani
banding tiada/ Rupa elok adil pun ada.
Kita diajak
untuk mencontoh kebaikan pemimpin yang sekiranya layak menjadi panutan dalam
keberanian dan keadilan di dalam pemerintahannya.
Catatan :
1. Intrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra dari dalam (=tema, amanat, persajakan, latar, citraan: pengaruh pancaindra dalam larik-larik puisi,
majas, dan lain-lain.).
2. Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra dari luar (=pengalaman, pendidikan, hobi, teman
sepergaulan, profesi/pekerjaan, keikutsertaan dalam komunitas/ aktifitas dan
lain-lain)
3. Pantun adalah puisi lama yang
berirama dua-dua, pada bagian pertama sebagai sampiran, bagian kedua sebagai
isi, bersajak a-b-a-b, jumlah suku kata per larik 9-12 suku kata.
4. Tahun 1920-an kegiatan penulisan
sastra berciri puisi lama berupa pantun, karmina, talibun, syair, bidal, dan
gurindam. Puisi yang termasuk baru pada masa itu : distichon (dua baris),
tersina (tiga baris), quartin (empat baris), quint (lima baris), sextet (enam
baris), septima (tujuh baris), dan oktaf (delapan baris).
5. Mitos adalah
(1)
Cerita suatu bangsa tentang dewa dan
pahlawan pada zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta
alam, manusia, dan bangsa tersebut.
(2) Mengandung arti mendalam yang
diungkapkan dengan cara gaib.
(3) Memitoskan berarti mengeramatkan,
mengangungkan secara berlebih-lebihan tentang pahlawan, tokoh, atau benda
tertentu.
Komentar
Posting Komentar