MENGUNGKAPKAN KEMBALI CERPEN DAN PUISI DALAM BENTUK LAIN



Karya sastra terdiri atas prosa, puisi, prosaliris/lirisprosa, dan drama. Karya prosa meliputi semua bentuk sastra yang mengutamakan tokoh dan alur dalam penceritaannya. Beberapa prosa di antaranya cerita pendek (cerpen), novelet, novel, roman, kisah, dongeng, cerita bersambung, cerita bergambar (komik), dan lain-lain.


Ciri-Ciri Cerpen


Secara teoritis, panjang cerpen kurang dari 10.000 kata dengan maksud memberikan kesan tunggal yang dominan. Cerpen lebih memusatkan pengisahan pada satu tokoh dalam satu saat tertentu. Cerpen yang efektif terdiri dari tokoh atau sekelompok tokoh yang ditampilkan pada suatu latar melalui tindakan (lakukan) lahiriah atau batiniah yang terlibat dalam suatu situasi. (Panuti Sudjiman, Kamus Istilah Sastra)

Intrinsik dan Ekstrensik


Ada dua unsur yang membangun karya sastra yaitu intrinsik dan ekstrensik. Unsur yang mendukung kegiatan menceritakan kembali adalah intrinsik (=tema, amanat, penokohan, alur, dan latar). Kita akan mempu menceritakan kembali sebuah cerpen apabila telah mengapresiasi unsur-unsur intrinsik secara lengkap. Namun, unsur intrinsik yang paling mempengaruhi kegiatan ini yaitu alur. Alur adalah rangkaian kejadian demi kejadian yang membentuk cerita. Secara teoritis, terbagi menjadi lima tahap alur (pendahuluan – pertikaian – puncak pertikaian – pertikaian menurun – penyelesaian ). Di dalam alur sudah memuat tokoh, latar, dan kejadian.

Catatan :
Ekstrensik = unsur yang membangun karya sastra dari luar (pengalaman, pendidikan, aktivitas, kepercayaan/agama, dan lain-lain.)


Catatan : (1) Pendahuluan = Introduksi (2) Pertikaian =Komplikasi (3) Puncak Pertikaian (4) Pertikaian Menurun = Antiklimaks (5) Penyelesaian = Resolusi


Penceritaan Kembali


  1.    Menuliskan kembali isi cerpen berarti menempatkan kita sebagai pencerita ulang.
  2.    Dengan demikian, sudut pandang cerita adalah sudut pandang orang ketiga, meskipun cerita yang kita ceritakan menggunakan sudut pandang orang pertama.
Sudut Pandang Cerita (Point Of View)




   Variasi Penceritaan


       1. Sering terjadi penceritaan ulang dengan bahasa yang monoton dan cenderung mengulang kata sambung tertentu (misalnya lalu, kemudian, setelah itu, selanjutnya)
    2. Hal ini mengakibatkan cerita menjadi kurang menarik, maka gunakan kalimat-kalimat dengan kreatif tanpa mengulang kata-kata sambung berlebihan.

   Sinopsis


    1. Menuliskan kembali isi cerpen yang pernah dibaca, tidak berarti menuliskan ulang isi cerpen tersebut tetapi menceritakan ulang.
     2. Secara tertulis, bentuk penceritaan ulang tersebut seperti layaknya sebuah sinopsis atau ringkasan cerita.

    Musikalisasi Puisi


   1. Secara sederhana, musikalisasi berkaitan dengan nada, tempo, jeda, dan irama dalam menyalurkan sesuatu.
  2. Larik-larik puisi dikemas menjadi bersifat musik, ada turun-naik, ada kecepatan, ada perhentian sementara (kesenyapan), dan ada lagu intonasinya.
    3. Secara praktis, diawali dengan menentukan jumlah suku kata tiap baris puisi. Kemudian mencoba membentuknya secara bebas. Selanjutnya, menetapkan nada (do-re-mi-fa-sol-la-si-do).

   Catatan


     1.      Menentukan suasana puisi
     2.      Menghubungkan suasana puisi dengan irama musikalisasi puisi.
     3.      Menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada kesesuaian isi puisi dan suasana irama yang dibangun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGUNGKAPKAN INFORMASI DALAM BENTUK IKLAN BARIS, MENYUNTING, DAN RESENSI